Rabu, 21 Mei 2014

BERBAKTI EPADA ORANG TUA




بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ


“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang Ibu Bapanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.” (QS. Luqman : 14).
Bentuk-Bentuk Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua Adalah :

1.Pertama
Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mu’min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita.Dalam nasihat perkawinan dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada istri, maka kepada kedua orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena dia yang melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu ‘ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis” [Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i] Dalam riwayat lain dikatakan : “Berbaktilah kepada kedua orang tuamu” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Kedua
  1. Yaitu berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan ‘ah’ apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, wal iya ‘udzubillah.Kita tidak boleh berkata kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat jahat kepada kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau orang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta (misalnya biaya sekolah) walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada keduanya.
  2. Ketiga
    Tawadlu (rendah diri). Tidak boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap ringan dan merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan kesuksesan atau jabatan kita dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap taat kepada keduanya. Lakukan dengan senang hati karena hal tersebut tidak akan menurunkan derajat kita, karena yang menyuruh adalah orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi keduanya masih hidup.
  3. Keempat
    Yaitu memberikan infak (shadaqah) kepada kedua orang tua. Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surat Al-Baqarah ayat 215.“Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui”  Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia menafkahkannya yang pertama adalah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan. Berbuat baik yang pertama adalah kepada ibu kemudian bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut.
    “Artinya : Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu'awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan berkata Tirmidzi, "Hadits Hasan"]
    Sebagian orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan. Yang mengatur harta adalah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.
  4. Kelima
    Mendo’akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat “Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro” (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bid’ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo’a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum’at dan di tempat-tempat dikabulkannya do’a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Apabila kedua orang tua telah meninggal maka :

     Yang pertama : Kita lakukan adalah meminta ampun kepada Allah Ta’ala dengan taubat yang nasuh (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada kedua orang tua sewaktu mereka masih hidup.

    Yang kedua : Adalah mendo’akan kedua orang tua kita.

    Dalam sebuah hadits dla’if (lemah) yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    “Apakah ada suatu kebaikan yang harus aku perbuat kepada kedua orang tuaku sesudah wafat keduanya ?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, kamu shalat atas keduanya, kamu istighfar kepada keduanya, kamu memenuhi janji keduanya, kamu silaturahmi kepada orang yang pernah dia pernah silaturahmi kepadanya dan memuliakan teman-temannya” [Hadits ini dilemahkan oleh beberapa imam ahli hadits karena di dalam sanadnya ada seorang rawi yang lemah dan Syaikh Albani Rahimahullah melemahkan hadits ini dalam kitabnya Misykatul Mashabiih dan juga dalam Tahqiq Riyadush Shalihin (Bahajtun Nazhirin Syarah Riyadush Shalihin Juz I hal.413 hadits No. 343)]

    Sedangkan menurut hadits-hadits yang shahih tentang amal-amal yang diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah :

    [1] Mendo’akannya
    [2] Menshalatkan ketika orang tua meninggal
    [3] Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
    [4] Membayarkan hutang-hutangnya
    [5] Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at.
    [6] Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya

    [Diringkas dari beberapa hadits yang shahih]

    Sebagaimana hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma.

    “Artinya : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal” [Hadits Riwayat Muslim No. 12, 13, 2552]

    Dalam riwayat yang lain, Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma menemui seorang badui di perjalanan menuju Mekah, mereka orang-orang yang sederhana. Kemudian Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepada orang tersebut dan menaikkannya ke atas keledai, kemudian sorbannya diberikan kepada orang badui tersebut, kemudian Abdullah bin Umar berkata, “Semoga Allah membereskan urusanmu”. Kemudian Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhumua berkata, “Sesungguhnya bapaknya orang ini adalah sahabat karib dengan Umar sedangkan aku mendengar sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

    “Artinya : Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman ayahnya” [Hadits Riwayat Muslim 25)

    MG BERMANFAAT

    WALLOHU A'LAMU BISHOWAB

    KEDAMAIAN,KERUKUNAN KEBERSAMAAN DI KANTOR PCINU TAIWAN






























    Add caption
    Saat saat inilah yg akan sllu ku inget susah seneng canda tawa jadi satu besama dalam suatu organisasi,semangat berjuang tanpa upah namaun smua itu tdak mengurangi semangat juang kita bersama hanya dlm satu tujuan yaitu ''merain ridho ilahi robbi semata'' jihad dinegri formosa negeri yg jauh dr ahlaqul karimah,ALLOH HU AKBAR SMGA KITA AKAN TERKUMPUL LG DI AKHIRAT NANTI AMIIN

    BAHAYANYA LISAN

    Bahaya Lisan



    Lidah tak bertulang, begitu kata pepatah. Kecil bentuknya, namun besar dampak yang ditimbulkannya. Dengan lisan bisa terjadi kesepakatan dan perdamaian, dengannya pula  api perselisihan dan permusuhan bisa berkobar.
    Hasan Al Bashri berkata,” Lisan seorang mukmin ada di belakang hatinya, jika ia hendak berkata ia akan memikirkan akibatnya, sedangkan lisan seorang munafik ada didepan hatinya, ia berkata-kata tanpa berfikir akibatnya”
    Secara fisik nikmat lidah wajib disyukuri, ia sebagai alat pengecap rasa, membolak-balik makanan didalam mulut hingga mendorongnya kedalam kerongkongan, maka tak heran jika seseorang menderita sariawan dilidah, lezatnya makanan tidak dapat diniikmati secara sempurna.
    Nikmat ini disebutkan secara khusus oleh Allah didalam Al Qur’an:
    Bukankah  Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata. Lidah dan dua bibir
    ( Al Balad:8-9 )
    Lisan ibarat pisau bermata dua, jika digunakan dalam ketaatan, membaca Al Qur’an dan kebaikan lain, akan mendatangkan ridha Allah dan pahala,  itulah bentuk kesyukuran, namun jika dipergunakan untuk keburukan dan fitnah akan mendatangkan murka Allah dan dosa, itulah bentuk kufur nikmat.
    Mengapa perlu waspada terhadap bahaya lisan?
    Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah menjelaskan dalam banyak hadits terkait dengan lisan diantaranya:
    1.       Menyandingkan lisan dengan keimanan

    Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,” Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau diam (Bukhari,6018, Muslim,47 )

    Iman adalah bekal manusia menuju Allah, ia juga penyelamat dari azab kubur dan siksa neraka. Ketika lisan di sandingkan dengan keimanan berarti ia pun memiliki kedudukan istimewa dan menentukan dalam esensi keimanan. Hadits di atas menunjukkan jika lisan seseorang baik dalam bertutur kata, itu adalah refleksi keimanan didalam hatinya, begitupula jika lisan seseorang gemar berkata kotor, menyakiti orang lain dan tidak terkontrol, itu merupakan cerminan imannya.

    2.       Lisan sumber ridha Allah

    Rasulullah bersabda,” Seseorang mengucapkan perkataan tanpa disadarinya mengandung ridha Allah pada hari kiamat dan seseorang mengucapkan perkataan tanpa disadarinya mengandung murka Allah pada hari kiamat ( Bukhari, 7/79 )

    Semua perkataan yang keluar dari lisan, aka nada perhitungannya di sisi Allah, baik dan buruk. Perkataan yang baik selain menentramkan hati juga akan dibalas dengan kebaikan dan keridhaan Allah kelak, sedangkan perkataan yang buruk membuat hati gundah dan tidak tenang akan dibalas kelak dengan kemurkaan Allah pada hari kiamat. Semua tercatat rapi disisi Allah.

    Firman Allah:

    مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
    Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. ( Qaf:18)

    Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini,” Malaikat menulis semua perkataan baik maupun buruk dari anak Adam. Hingga perkara kecil seperti makan, minum, bepergian, datang dan melihat sesuatu, ketika sampai pada hari Kamis, di beberkanlah semuanya dihadapan Allah.( Tafsir Ibnu Katsir,519)

    3.       Tanda lurusnya hati
    Rasulullah bersabda,” Tidak lurus iman seseorang hingga lurus hatinya, dan tidak lurus hati seseorang hingga lurus lisannya”.( HR. Ahmad )

    Jelaslah bahwa lisan itu cerminan dari hati dan iman seseorang. Hati yang bersih menjadi tempat yang subur bagi keimanan. Hati yang kotor menyebabkan iman rusak dan lisan yang tak terjaga.

    4.       Muslim yang baik selamat lisannya
    Rasulullah bersabda,” Seorang muslim adalah yang orang lain selamat dari lisan dan tangannya.”(Ahmad,2/7086)

    Seorang muslim ibarat lebah, dimana ia hingga tidak pernah membuat onar dan kerusakan. Lebah akan mengeluarkan madu nan manis yang sangat bermanfaat. Begitulah seorang muslim, kata-kata yang keluar dari lisannya tidak pernah menyakiti orang lain, sikapnya menarik dan akhlaknya mulia. Imannya tercermin dari perilaku yang membuat ketenangan  dimanapun ia berada. Setiap orang yang bertetangga dengan muslim, mereka akan mengambil kebaikan darinya. Karena muslim yang baik, akan menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya.

    5.       Lisan jaminan masuk surga
    Rasulullah bersabda,” Dari Sahl bin Saad Rasulullah bersabda,” Barangsiapa yang dapat menjamin kepadaku untuk menjaga apa yang ada di antara kedua janggutnya ( lisan ) dan kedua kakinya ( kemaluan ), aku menjaminya dengan surga.( Bukhari,6109)

    Surga adalah dambaan setiap insan, disana kenikmatan abadi disediakan Allah bagi hamba-hamba –Nya. Surga yang luasnya seluas langit dan bumi sangatlah menarik hati setiap orang beriman. Salah satu jaminan dari Allah agar masuk surga adalah terjaganya lisan dari perkataan yang tidak berguna.

    6.       Syarat keselamatan
    Hadits yang bersumber dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu ia berkata,” Aku bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam,” Apakah keselamatan itu? Beliau bersabda,” Jagalah lisanmu, berlapanglah dirumahmu, tangisis dosamu.” ( Tirmidzi, hadits Hasan )

    Keselamatan adalah dambaan setiap manusia, ketenangan merupakan impian setiap kita. salah satu syarat mendapatkan ketenangan dan keselamatan adalah terjaganya lisan. Karena lisan yang terjaga dari berkata-kata kotor akan menentramkan diri dan manusia disekelilingnya. Semoga Allah tunjukkan jalan keselamatan itu bagi kita semua. Amin .

    Wallohu A'lamu bishowab

    MEMORY ISTIGHOZAH BMI AKBAR CHUNGLI TAIWAN


    بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

    السلام عليكم ورحمة الله وبركاته












































    Mg kebersamaan kami sllu terjaga walau sekarang ini kita smua pisah ditempat kerja kita masing' insyaalloh persaudaraan kita hiingga yaumul qiamah  amiin
    Wasalamualaikum wrwb,,,